Arsip

Archive for the ‘Kaltim Post’ Category

Lupus, Si Penyakit Seribu Wajah

KALTIMPOST,Senin, 24 Maret 2008
Lupus, Si Penyakit Seribu Wajah
dr Qimi: Gejala Awalnya mirip Penyakit Biasa Lainnya

PERNAH mendengar nama penyakit Lupus? Penyakit ini memang kalah pamornya dibanding HIV/AIDS, DBD, kanker, atau yang lainnya. Walau begitu, penyakit ini harus tetap diwaspadai. Karena jumlah penderitanya makin meningkat, dan memengaruhi kualitas hidup seorang penderita odapus (Orang dengan Lupus)
Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Fajar Rudy Qimindra, Lupus atau yang dalam dunia kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) berasal dari bahasa latin yang berarti anjing hutan. Istilah ini mulai dikenal sejak abad ke-10. Sedang eritematosus berarti merah. Ini untuk menggambarkan ruam merah pada kulit yang menyerupai gigitan anjing hutan di sekitar hidung dan pipi. Sehingga dari sinilah istilah lupus tetap digunakan untuk penyakit Systemic Lupus Erythematosus.

Gejala awalnya sering memberikan keluhan rasa nyeri di persendian. Tak hanya itu, seluruh organ pun tubuh terasa sakit bahkan terjadi kelainan pada kulit, serta tak jarang tubuh menjadi lelah berkepanjangan dan sensitif terhadap sinar matahari.

Dikatakan Qimindra, batasan penyakit ini adalah penyakit autoimun, sistemik, kronik, yang ditandai dengan berbagai macam antibodi tubuh yang membentuk komplek imun, sehingga menimbulkan reaksi peradangan di seluruh tubuh.

“Autoimun maksudnya, tubuh penderita lupus membentuk daya tahan tubuh (antibodi) tetapi salah arah, dengan merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah dan lain-lain. Padahal antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri/virus yang masuk tubuh,” terang pria yang akrab disapa dr Qimi ini.

Sedangkan sistemik, terangnya, memiliki arti bahwa penyakit ini menyerang hampir seluruh organ tubuh. Sementara kronis, maksudnya adalah sakit lupus ini bisa berkepanjangan, kadang ada periode tenang lalu tiba-tiba kambuh lagi.

Dikatakan Qimi, penyakit lupus lebih banyak menyerang wanita usia 15 – 45 tahun dengan perbandingan mengenai perempuan antara 10 – 15 kali lebih sering dari pria.

“Artinya, penyakit ini sering mengenai wanita usia produktif tetapi jarang menyerang laki-laki dan usia lanjut,” tuturnya

Adapun penyebabnya, sampai sekarang belum diketahui dengan jelas. Tapi diduga adanya faktor pencetus pada lingkungan antara lain, seperti infeksi, sinar ultraviolet, pemakaian obat-obatan tertentu, alergi, stres mental dan fisik.

Jadi diperkirakan penyakit lupus timbul dari interaksi berbagai macam paparan yang terdapat di lingkungan dengan individu yang secara genetik rentan terhadap paparan tersebut.

Gejala klinis penyakit lupus ini, menurut Qimi, sangat luas dan tergantung bagian tubuh mana yang terkena. Mulai dari yang ringan berupa bintik-bintik merah di kulit dan nyeri sendi sampai yang berat karena menyerang organ tubuh yang vital seperti otak, jantung, paru-paru dan ginjal.

Pada awal perjalanannya, ungkap Qimi, penyakit ini ditandai dengan gejala klinis yang tak spesifik, antara lain lemah, lesu, panas, mual, nafsu makan menurun, dan berat badan turun. Gejala awal yang tidak khas ini mirip dengan beberapa penyakit yang lain.

Oleh karena gejala penyakit ini sangat luas dan tidak khas pada awalnya, maka tidak sembarangan untuk mengatakan seseorang terkena penyakit lupus.

“Akibat gejalanya mirip dengan gejala penyakit lainnya, maka lupus dijuluki sebagai penyakit peniru. Julukan lainnya adalah si penyakit seribu wajah,” sebutnya.

”Karena itulah, biasanya pasien melakukan shopping doctor (berpindah-pindah dokter) sebelum diagnosis penyakitnya dapat ditegakkan,” tambah Qimi.

Menurut American College Of Rheumatology 1997, kutip Qimi, diagnosis SLE harus memenuhi 4 dari 11 kriteria yang ditetapkan. Adapun penjelasan singkat dari 11 gejala tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Ruam kemerahan pada kedua pipi melalui hidung sehingga seperti ada bentukan kupu-kupu, istilah kedokterannya Malar Rash/Butterfly Rash.

2. Bercak kemerahan berbentuk bulat pada bagian kulit yang ditandai adanya jaringan parut yang lebih tinggi dari permukaan kulit sekitarnya.

3. Fotosensitive, yaitu timbulnya ruam pada kulit oleh karena sengatan sinar matahari

4. Luka di mulut dan lidah seperti sariawan (oral ulcers).

5. Nyeri pada sendi-sendi. Sendi berwarna kemerahan dan bengkak. Gejala ini dijumpai pada 90 % odapus.

6. Gejala pada paru-paru dan jantung berupa selaput pembungkusnya terisi cairan.

7. Gangguan pada ginjal yaitu terdapatnya protein di dalam urine.

8. Gangguan pada otak/sistem saraf mulai dari depresi, kejang, stroke, dan lain-lain.

9. Kelainan pada sistem darah di mana jumlah sel darah putih dan trombosit berkurang. Dan biasanya terjadi juga anemia

10. Tes ANA (antinuclear Antibody) positif

11. Gangguan sistem kekebalan tubuh.

Ia menjelaskan, untuk pengobatan lupus, perkembangan obat-obatannya jauh lebih baik dibandingkan 2-3 dekade yang lalu. Selain obat-obatan, terapi non-obat yang dianjurkan untuk odapus adalah dengan menghindari faktor pencetus seperti paparan sinar matahari yang terlalu banyak, hindari stres mental dan fisik yang berlebihan.

“Membangun sikap mental yang positif, berolahraga, mengonsumsi nutrisi yang cukup, dan kontrol ke dokter secara reguler adalah langkah–langkah yang baik untuk tetap sehat walau lupus bersemayam dalam tubuh,” terangnya.

Anda Terdiagnosis Penyakit Lupus ?

Harus dipastikan dulu oleh dokter ahli bahwa itu memang benar Lupus. Jadi tidak sembarangan memvonisnya. Tetapi apabila memang sudah tegak diagnosisnya, jangan bingung dan cemas. Banyak pihak yang akan membantu edukasi dan dukungan seperti dari Yayasan Lupus Indonesia (YLI), dari dokter pemerhati lupus dan tentunya dari pemerintah.

“Informasi pendidikan yang benar seperti lupus bukan penyakit yang menular dan dukungan dari masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk orang dengan lupus ini,” tegasnya.(*/dha)

Apisate : Manfaat dan Efek Samping Obat Anti Obesitas

Maret 19, 2008 1 komentar

KaltimPost, Rabu,19 Maret 2008
Tanya:
Dok, Apisate itu obat apa? teman saya sering menggunakannya tanpa resep dokter.apa efek samping dan kegunaannya.? Apa bisa menimbulkan efek “ fly” ? terima kasih sebelumnya.
Jawab:

Terima kasih atas pertanyaanya dan semoga sehat selalu,
Penggunaan obat di dalam penyembuhan penyakit memang semakin mudah dan terjangkau.Di satu sisi ini menggembirakan bagi masyarakat, namun di sisi lain terkadang terjadi penggunaan yang salah. Semua ini adalah dampak dari bertambahnya jumlah penjual obat (apotek, toko obat, dan warung obat) maupun jenis obat yang dipasarkan.

Yang harus digarisbawahi bahwa obat merupakan suatu bahan yang menyebabkan perubahan fungsi-fungsi biologis dalam tubuh melalui serangkaian proses kimia. Karena itulah obat harus digolongkan untuk peningkatan keamanan penggunaan dan tepat sasarannya.

Secara sederhana penggolongan obat menjadi 3 jenis yaitu obat bebas, obat keras dan obat psikotropika /narkoba. Obat bebas adalah obat yang boleh dibeli tanpa resep dokter. Kalau kita mengenal istilah obat OTC (= Over The Counter),maka yang dimaksud adalah obat bebas ini. Sedangkan obat keras adalah obat berkhasiat keras yang harus dibeli dengan resep dokter dan dalam pengawasannya. Obat ini dikenal juga dengan golongan obat daftar G (Gevaarlijk = berbahaya).

Apisate seperti pertanyaan di atas merupakan salah satu jenis obat anti gemuk atau anti obesitas yang beredar di pasaran. Obat ini mengandung Diethylpropion Hcl 75 mg, dan beberapa jenis vitamin B. Obat pelangsing ini bekerja di otak dengan menekan nafsu makan seperti juga golongan obat amfetamin. Karena bekerja di sistem pusat (otak) maka penderita hipertensi, penyakit jantung , epilepsi, kencing manis harus berhati-hati menggunakannya. Yang perlu diingat juga obat ini dapat menimbulkan ketergantungan.
Efek samping yang harus diperhatikan seperti jantung berdebar, peningkatan tekanan darah, nyeri di dada, pusing, mengantuk, dan beberapa gangguan organ pencernaan.The Encyclopedia of Addictive Drugs melaporkan adanya menyalahgunaan golongan Diethylpropion. Ini dikarenakan golongan obat ini menekan nafsu makan di pusat (anorectic) seperti golongan amphetamine.Sehingga obat ini tidak direkomendasikan untuk menderita penyakit psikis ataupun penyalahgunaan obat (drug abuse).Bila tetap diberikan maka pada hari 1 sampai 3 pemakaian akan timbul perasaan senang dan rasa terbang, tetapi pada hari selanjutnya akan timbul rasa gelisah dan tidak tenang yang sangat mengganggu.
Secara umum obat anti gemuk itu terbagi dua bagian berdasar cara kerjanya. Pertama yaitu jenis obat yang memerintahkan pada otak untuk menekan nafsu makan. Kedua, jenis obat yang mempunyai cara kerja dengan membatasi penyerapan lemak dari makanan di lambung dan usus halus.

Baik Jenis pertama dan kedua mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Obat jenis pertama yang bekerja melalui otak, sangat besar kemungkinan untuk membuat pemakainya ketergantungan bila dibandingan jenis kedua. Sedangkan jenis obat kedua yang bekerja melalui pemblokkan lemak, akan melarutkan lemak yang berfungsi menyerap vitamin D, E, dan K. Jadi perlu menambah asupan vitamin jenis tersebut ke dalam tubuh
Apapun jenisnya, obat anti gemuk bukanlah pilar utama untuk mengatasi problem kegemukan.Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan pilar penting dalam pengaturan berat badan. Karena kegemukan merupakan masalah perilaku, maka perubahan perilaku juga perlu dilakukakan. Jadi cara potong kompas dengan mengandalkan obat saja tidak akan menyelesaikan masalah kegemukan.
Setelah tidak sembarang mengkonsumsi obat anti gemuk, tindakan bijak berikutnya adalah selalu berkonsultasi dengan dokter ahli bila hendak menggunakan obat. Semoga sehat selalu.

gambar diambil dari http://blognyayoga.wordpress.com/category/health/

Waspadai Pembesaran Kelenjar Prostat

dr.Fajar Rudy Qimindra
Kaltim post,Sabtu, 8 Maret 2008

PERNAH menemukan suami yang sering terganggu tidurnya akibat masalah Buang Air Kecil (BAK) yang tidak lancar alias tersendat-sendat? Padahal sejatinya, BAK merupakan salah satu cara tubuh mengatur agar jumlah cairan di dalam tubuh tidak berlebih. Juga, membuang bahan yang tak lagi bermanfaat dan harus dikeluarkan lewat kencing. Kalau pernah, waspadalah! Bisa jadi suami Anda menderita pembesaran kelenjar prostat.

Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) Fajar Rudy Qimindra, kelejar prostat adalah salah satu organ kelamin pria yang terletak di bawah kandung kemih dan membungkus saluran kemih yang terakhir (uretra pars prostatika). Bila mengalami pembesaran, jelas Qimi sapaan akrabnya, organ ini akan membuntu saluran tersebut tersebut dan menyebabkan terhambatnya aliran urine yang keluar dari kandung kemih.

“Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini merupakan salah satu kelenjar kelamin yang penting bagi seorang pria yang berperan dalam produksi senyawaan yang penting pada pembentukan cairan semen,” terangnya.

Dikatakan Qimi, salah satu gangguan prostat yang sering terjadi ialah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat ini merupakan proses alamiah yang terjadi pada laki-laki sesuai pertambahan usia akibat bertambahnya sel kelenjar prostat. “Berdasarkan penelitian, jika seseorang berumur lebih dari 50 tahun, kemungkinan dia mengalami pembesaran prostat adalah 50%. Dan ketika ia berusia 80-85 tahun, kemungkinan itu meningkat menjadi 90%,” papar Qimi.

Lebih lanjut dikatakan, penyebab membesarnya prostat sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa proses ini erat kaitannya dengan kadar hormonal dan proses penuaan (aging process).

Dia menjelaskan, adapun yang dimaksud akibat gangguan hormonal yaitu dengan bertambah tuanya seorang pria maka kadar hormon seks pria (androgen) seperti testosteron menjadi berkurang, sedangkan hormon seks wanita berupa estrogen yang dalam keadaan normal didapati dalam jumlah sangat sedikit, sedangkan pada pria menjadi meningkat.

Gejala BPH ini sendiri, ungkap Qimi, dapat digolongkan menjadi dua yaitu gejala obstruktif (pembuntuan) dan gejala iritatif (iritasi). Gejala obstruktif meliputi hesitancy (menunggu untuk memulai kencing), pancaran kencing lemah, pancaran kencing terputus-putus, tidak puas saat selesai berkemih, rasa ingin kencing lagi sesudah kencing dan keluarnya sisa kencing/tetesan urine pada akhir berkemih (terminal dribbling).

“Yang termasuk gejala iritatif adalah frekuensi kencing yang tidak normal (terlalu sering), terbangun di tengah malam karena sering kencing, sulit menahan kencing, dan rasa sakit waktu kencing. Terkadang bisa juga terjadi hematuria (kencing berdarah),” sebutnya.

Pada umumnya, tambah Qimi, penderita menunjukkan gejala-gejala yang merupakan gabungan dari gejala akibat penyumbatan dan iritasi, walaupun sering hanya satu atau dua gejala yang menonjol.

Menurut Qimi, tidak semua pasien BPH perlu menjalani tindakan medis. Kadang-kadang mereka yang mengeluh ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan terapi apapun. Tetapi di antara mereka ada juga yang membutuhkan terapi obat-obatan atau tindakan medis lainnya karena keluhannya makin parah.

Berikut beberapa pilihan terapi pada pasien BPH yang disarankan dr Qimi:

1. Observasi: Bagi penderita yang tanpa keluhan sampai keluhan ringan

2. Obat-obatan: Ada obat yang berfungsi mengurangi hambatan di leher kandung kemih sehingga bisa memperlancar saat berkemih, ada obat yang berfungsi mengurangi volume prostat yang obat tersebut bekerja secara hormonal. Selain kedua jenis obat tersebut, ada juga terapi dengan fitotherapy/ jamu-jamuan yang mekanismenya belum jelas.

3. Operasi: Ini ditujukan bagi penderita BPH yang sudah menimbulkan penyulit tertentu seperti batu saluran kemih, kencing berdarah, infeksi saluran kemih atau setelah mendapatkan terapi obat-obatan tidak menunjukkan perbaikan

4. Operasi invasif minimal: Tindakan operasi yang minimal yang ditujukan bagi pasien yang mempunyai risiko tinggi pembedahan.(*/dha)

Dunia Maya Jadi Kenyataan

Di mana batas dunia maya dan nyata? di mana batas dunia online dan offline? tidak ada yang tahu. Banyak aktifitas antara keduanya yang saling mendukung. Saling mengisi kekurangan dan kelebihan sehingga dapat dicapai simponi keindahan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Lalu apa kaitannya dengan blog ini? Tak terasa 3 minggu sudah blog ini muncul di dunia maya. Aktifitas konsultasi kesehatan yang selama ini dilakukan secara offline bisa kita teruskan di dunia online. Sejak 2 tahun yang lalu saya membantu Harian Kaltim Post mengisi rubrik konsultasi kesehatan.Dalam rentang waktu yang lama tersebut banyak catatan-catatan yang bisa dikumpulkan kurang lebih ada 85 jawaban yang dimuat di harian tersebut.
Nah, kalau di dunia offline, catatan tersebut hanya bermanfaat bagi masyarakat Kalimantan Timur, Karena memang terbitnya untuk konsumsi masyarakat di sana. Diharapan setelah blog ini menjadi kenyataan dapat bermanfaat tidak saja untuk masyarakat Kaltim, tetapi untuk masyarakat Indonesia. Kalau perlu masyarakat dunia (mimpi kali……).

Jadi, mulai edisi ini catatan- catatan yang lama tersimpan mau diterbitkan secara online. Mohon maaf kalau dianggap basi (emang terasi…..). dan ucapkan terima kasih kepada RS Pertamina Balikpapan, Kaltim Post, teman-teman di SMF Umum dan Spesialis, dan pihak- pihak yang tulisannya dijadikan bahan rujukan dalam jawaban tersebut.
Berikut 15 postingan selama 3 minggu:

Ikan Gabus dan Albumin

Dr.Fajar Rudy Qimindra
dr.Umum RS Pertamina balikpapan

Dok, Saudara saya seorang wanita menderita kedua kakinya bengkak. hasil laboratoriumnya menunjukan nilai albumin darahnya rendah. Dan harus diberi infusan albumin. Adakah pengganti albumin dari makanan? Soalnya mahal harga satu botolnya albumin. saya mendengar ikan gabus itu tinggi albuminnya Apa Benar, Dok?

Ibu Kam, Bppn.

Jawab:
Salam sehat selalu buat Ibu dan keluarga,

Kedua kaki bengkak dapat mengarah ke banyak hal yang harus ditegaknya diagnosis penyakit tersebut. Beberapa kemungkinannya berupa kelainan hati, jantung, ginjal ataupun penyakit lain yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh . Tentunya setelah menjalani pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya , dokter akan memastikan jenis penyakit tersebut.
Sedangkan albumin itu sendiri adalah salah satu jenis protein darah yang diproduksi di hati (hepar). Saat Hati normal mampu memproduksi 11-15 gr Albumin/ hari. Bahkan ia merupakan jenis protein terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen.Sedangkan nilai normal dalam darah sekitar 3.5 sampai 5 g/dL.

Albumin memiliki sejumlah fungsi. Fungsi pertama yakni mengatur tekanan osmotik di dalam darah. Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga bisa mempertahanan volume darah. Bila jumlah albumin turun maka akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan (edema) misalnya bengkak di kedua kaki. Atau bisa terjadi penimbunan cairan dalam rongga tubuh misalnya di perut yang disebut ascites.
Fungsi yang kedua adalah sebagai sarana pengangkut/transportasi. Ia membawa bahan –bahan yang yang kurang larut dalam air melewati plasma darah dan cairan sel.Bahan-bahan itu seperti asam lemak bebas, kalsium, zat besi dan beberapa jenis obat.
Albumin bermanfaat juga dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru. Pembentukan jaringan tubuh yang baru dibutuhkan pada saat pertumbuhan (bayi, kanak-kanak, remaja dan ibu hamil) dan mempercepat penyembuhan jaringan tubuh misalnya sesudah operasi, luka bakar dan saat sakit .
Begitu banyaknya manfaat albumin sehingga dapat dibayangkan apabila mengalami kekurangan maka banyak organ tubuh yang sakit.

APA MANFAAT IKAN GABUS?
Banyak sumber albumin yang yang bisa kita manfaatkan seperti telur , susu dan daging. Bagaimana dengan ikan gabus ? ikan ini dikenal juga dengan nama kutuk ,aruan, kocolan , bogo , licingan , atau dalam bahasa Inggris disebut common snakehead.
Beberapa penelitian telah dipublikasikan diantaranya disampaikan oleh Prof.Doktor.Ir.Eddy Suprayitno MS, Guru Besar Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang dalam Rapat Senat Terbuka Tgl 4 Januari 2003.Lebih lanjut melalui dokter bedah Digestif dalam penelitiannya dia telah melakukan verifikasi antara Human Serum Albumin dengan Fish Albumin Ikan Gabus dan terbukti dapat mempercepat penyembuhan luka hingga 30 % (dari rerata 10 hari menjadi 7 hari).
Memang tidak semua orang suka dengan rasa dan bauamis ikan gabus. Hal ini sudah disiasati dengan cara ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu dimasukkan ke dalam kapsul.Penelitian ini dilakukan oleh Prof. DR. dr. Nurpudji A. Taslim, MPH., SpGK., ahli gizi dari CFNH (Center for Food, Nutrition, and Health) bersama rekan-rekannya di Universitas Hasanudin, yang berhasil membuktikannya. Penelitian ini dilakukan di RS Wahidin Sudiro Husodo, Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah beberapa kali mengonsumsi ikan gabus, kadar albumin si pasien meningkat sehingga kesehatannya pun membaik lebih cepat. Beberapa penelitian juga bernada sama yaitu ada manfaat ikan gabus untuk meningkatkan kadar albumin.
Tentunya tidak hanya berhenti pada ikan gabus saja. Masih banyak jenis ikan lainnya yang belum dilakukan penelitian . Tidak hanya nilai albumin saja yang diperhatikan tetapi juga asupan gizi seimbang. Karena tubuh juga membutuhkan zat gizi dari karbohidrat, lemak,protein jenis lain, vitamin dan mineral. Dan tetap mengikuti advis dokter yang merawat.
Semoga bermanfaat dan salam sehat selalu.

Nyeri di Kepala, Jangan Asal Minum Obat

Februari 27, 2008 Tinggalkan komentar

Kaltim Post.Rabu, 27 Februari 2008
DARI sekian banyak gangguan kesehatan, sakit kepala termasuk yang paling umum terjadi pada manusia. Kendati demikian, penyembuhan dari penyakit ini disinyalir masih sering kurang tepat dilakukan. Oleh banyak orang, penyembuhan sakit kepala ini hanya mengandalkan obat penghilang rasa nyeri jenis analgesik. Padahal, mengobati sakit kepala memerlukan penanganan yang lebih cermat, sehingga nyeri di kepala tidak kembali mudah menyerang. Apalagi jika frekuensi dan waktu serangan telah lama diderita oleh si penderitanya.

Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Fajar Rudy Qimindra, sakit kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak enak di kepala yang bersifat setempat atau menyeluruh dan dapat menjalar ke wajah, mata, gigi dan leher. Hal ini disebabkan karena semua struktur di kepala adalah bagian yang sangat peka terhadap rasa nyeri, kecuali otak yang tidak sensitif terhadap rasa nyeri.

“Sifat nyeri ini sangat subjektif sekali, tergantung respons dari masing-masing individu,” ujar pria yang akrab disapa dr Qimi ini.

Pada dasarnya, terang Qimi, nyeri kepala dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, nyeri kepala yang bersifat primer berupa migrain umum, migrain klasik, nyeri kepala cluster, dan nyeri kepala tegang otot. Umumnya, sakit kepala bersifat fungsional seperti ini dan tidak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan organik di dalam otak. Karena otak tidak peka terhadap nyeri.

Kemudian yang kedua, nyeri kepala yang bersifat sekunder seperti nyeri kepala pascatrauma, nyeri kepala karena penyakit sistemik (anemia, hipertensi, hipotensi), nyeri kepala organik sebagai bagian pendesakan ruang otak (tumor otak, infeksi, atau perdarahan selaput otak), penyakit hidung dan penyakit mata.

“Di sini, nyeri kepala sebagai alarm/peringatan dini terhadap penyakit yang mendasarinya. Sehingga tidak mudah menyepelekan karena bahayanya,” papar Qimi.

Adapun contoh nyeri kepala yang menunjukan tanda- tanda bahaya dan memerlukan evaluasi, lanjutnya, adalah nyeri kepala hebat pertama kali yang timbul mendadak, nyeri kepala yang bertambah berat selama beberapa hari dan minggu, nyeri kepala yang disertai penyakit umum seperti demam, mual, muntah dan kaku di leher, serta nyeri kepala yang disertai kelainan neurologis/saraf seperti penurunan penglihatan, rasa baal, mengantuk, dan perubahan kepribadian.

“Contoh keadaan di atas harus memerlukan penanganan yang menyeluruh dan perlu evaluasi lebih lanjut dari dokter ahli. Sehingga akan tertangani penyakit yang mendasari sakit kepala tersebut,” ungkapnya.

Lebih lanjut dikatakan, menghilangkan sakit kepala bisa dilakukan dengan minum obat.Yakni obat-obatan simptomatis yang bersifat mengurangi atau menghilangkan gejala nyeri kepala yang datang dan obat-obatan profilaksis yang bersifat mencegah timbulnya sakit kepala.

Adapun contoh obat simptomatis (penghilang gejala), jelas Qimi, adalah asam asetilsalsilat, parasetamol, ibuprofen, ketoprofen dan lain-lain. Jenis obat ini termasuk obat bebas paling dikenal masyarakat Indonesia yang dijual dengan berbagai merek dagang. Obat-obatan di kelompok ini sangat bermanfaat dalam penanganan sakit kepala ringan hingga moderat dan migrain.

Dikatakan Qimi, sebagai obat nyeri, parasetamol merupakan obat pilihan untuk mengobati sakit kepala. Namun, obat ini dianjurkan untuk tidak diminum pada penderita gangguan fungsi hati dan alergi terhadap paracetamol. Pecandu alkohol juga tidak dianjurkan minum obat ini karena mengkonsumsi parasetamol bersama alkohol dapat meningkatkan efek racun parasetamol pada hati.

Sementara obat-obatan profilaksis (pencegah gejala), lanjutnya, berfungsi untuk mencegah datangnya sakit kepala sejak awal, atau mengurangi frekuensi dan kehebatan sakit kepala.

“Yang termasuk obat ini di antaranya antidepresan, obat-obatan kardiovaskuler, vitamin B, yang tentunya harus di bawah pengawasan dokter,” sebutnya.(*/dha)

Cutaneous Larva Migrans in an Unusual Site (Bagian II)

Februari 23, 2008 Tinggalkan komentar

Berikut ini ringkasan kasus Cutaneous larva migrans (CLM) di tempat yang tidak biasanya.Kasus ini seorang wanita 50 tahun yang menderita CLM di dinding perut depan.
SK Malhotra, Rakesh T Raj, Manjeet Pal, Vippan Goyal, Shweta Sethi
Dermatology Online Journal 12 (2): 11

Introduction
Cutaneous larva migrans is a common tropically-acquired cutaneous eruption. It presents as an erythematous, serpiginous, pruritic, cutaneous eruption associated with percutaneous penetration and subsequent migration of larvae of various nematode parasites [1]. We report a case of cutaneous larva migrans involving the anterior abdominal wall.

Clinical synopsis
A 50-year-old woman presented with complaints of an itchy eruption on the anterior wall of the abdomen of 2-weeks duration. She was farm worker who spent long hours in fields and she also had pet cats and dogs at her house. She gave no history of fever, cough, dyspnea, or bowel and bladder problem. She was treated with injections of antibiotics and antihistamines with no relief. Cutaneous examination revealed slightly raised, pink, bizarre serpentine-like eruptions with loops and a tortuous path, approximately 35 cm in length over the anterior wall of abdomen extending from lower lumbar region of right side and proceeding upwards to the right hypochondrium. There was healing at the tail end of the lesion.
The baseline laboratory parameters were normal. Biopsy was not done because it is of little value for this condition [2]. Based on the history and clinical findings, a diagnosis of extensive larva migrans was made. Treatment with ivermectin (200 µg/kg body weight) was administered; there was remission after 1 week.

Discussion
Cutaneous larva migrans is also known as sand worms, creeping verminous dermatitis, creeping eruption, plumber’s itch, and duck hunter’s itch. Numerous organisms are associated with creeping eruption, including Ankylostoma caninum, A. ceylonicum, and A. braziliense, Uncinaria stenocephala, Bubostomum phlebotomum, Gnathostoma spp., Dirofilaria conjunctivae, Capillaria spp., Anatrichostoma cutaneum, Strongyloides stercoralis, Dirofilaria repens, Spirometra spp., Gastrophilus spp., Hypoderma spp., etc. [2].
The most usual form of creeping eruption occurs when the larvae of dog or cat hook worms (Ankylostoma caninum and A. braziliense) penetrate intact, exposed skin and migrate through the epidermis [1]. The most common location is the foot, although other sites including buttocks, back, and thighs (which may have rested on contaminated sand) are susceptible [3]. Reported unusual involvement sites for larva migrans include the penis [4], anterior abdominal wall (5), and oral mucosa and in an infant. Lacking the enzymes necessary to penetrate and survive in the deeper dermis, the larvae wander a serpiginous route at a speed of 3 cm per day. Clinically, the primary lesion is a pruritic, erythematous serpiginous burrow. Although the larvae die usually in 2-8 weeks, survival up to 2 years has been reported. The incubation period ranges from 1 to 6 days. Creeping eruptions are a self-limited dermatosis. Secondary bacterial infection and eczematization are potential complications. Extensive lesions can be associated with wheezing, dry cough, and urticaria. A. caninum larvae can migrate to the small intestine and result in eosinophilic enteritis. Transient eosinophilia is also described [6]. Biopsy is of no value as the larvae advance ahead of the clinical tract. Epiluminescence microscopy is an effective noninvasive method to detect larva and confirm the diagnosis [7].
The lesions disappear in 2-8 weeks but rarely may persist for 2 years. Freezing the leading point of the burrow is an effective older method of treatment. This sometimes produces significant tissue destruction. The larva is up to 2 cm. ahead of the visible burrow; hence, treating the incorrect area will result in treatment failure.
The treatment of choice is ivermectin (a single dose of 200 µg/kg body weight) [8]. Albendazole (400 mg a day by mouth for 3 days) is also effective. An alternative choice of treatment is the topical application of 10 percent topical thiabendazole suspension 4 times a day for at least 2 days after the last sign of burrow activity. Either of the two commercially-available oral preparations may be used directly [9]. This regimen is of great efficacy and has the least toxicity. Rarely, cases are treated with oral thiobendazole.
References
1. Meffert JI. Parasitic infestations. In: Dermatology secrets 1st Ed. Fitzpatrick, Aeling J, editors. New Delhi, India: Jaypee Brothers; 1977. p. 217.

2. Vega-Lopez F, Hay RJ. Parasitic worm and protozoa.In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks Textbook of Dermatology. 7th Ed. Oxford; Blackwell; 2004. p. 35.17-8

3. Jelinek T, Maiwald H, Northdurft HD, Loscher T. Cutaneous larva migrans in travelers. Synopsis of histories, symptoms, and treatments of 98 patients. Clin Infect Dis 1994; 19: 1062-6

4. Kartikeyan K, Thappa DM, Jeevankumar B. Cutaneous larva migrans of the penis. Sex Transm Infect 2003; 79:500.

5. Padmavathy L, Rao LL. Cutaneous Larva Migrans – A Case Report. Indian J Med Microbiol [serial online] 2005 [cited 2005 Oct 3]; 23:135-136.

6. Masuria BL, Batra A, Kothiwala RK, Khuller R, Singhi MK. Creeping eruption. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1999; 65:51.

7. Eisher E, Themes M, Worret WI. Cutaneous Larva Migrans detected by epiluminescent microscopy. Acta Derm Venereol 1997; 77:487-8.

8. Caumes E, Carriere J, Datry A et al. A randomized trial of ivermectin versus albendazole for treatment of cutaneous larva migrans. Am J Trop Med Hyg 1993; 49: 641-4.

9. Davis CM, Israel RM. Treatment of creeping eruption wih topical thiabendazole. Arch Dermatol 1968; 97:325-6.
© 2006 Dermatology Online Journal

Bermain Pasir Sebabkan Infeksi Cacing Tambang (Bagian I )

Februari 22, 2008 Tinggalkan komentar

Kaltim Post,22 Februari 2008
PERNAH melihat seorang anak dengan penyakit kulit yang yang menjalar seperti terowongan di kaki? Jika diperhatikan setiap hari, terowongan tersebut semakin panjang berwarna merah dan terasa gatal. Jika pernah, waspadalah! Karena bisa jadi anak tersebut terkena infeksi hewan parasit seperti cacing tambang.

Adapun jenis cacing tambang yang menyebabkan infeksi ini di antaranya bernama Ankylostoma braziliense dan Ankylostoma caninum. Cacing jenis ini hidup dalam hewan seperti anjing dan kucing.

Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dr Fajar Rudy Qimindra, di kalangan medis penyakit ini terkenal dengan istilah cutaneous larva migrans. Artinya, ada migrasi larva di kulit (cutan=lapisan kulit). Nama lainnya dermatosis linearis migrans ataupun sandworm disease. Dari namanya dapat diketahui bahwa beberapa penderita terserang penyakit ini ketika berhubungan dengan pasir.

”Istilah lainnya juga disebut creeping eruption (CE). Istilah ini digunakan karena pada pada invasi larva cacing tambang ini, akan timbul kelainan pada kulit berupa erupsi peradangan berbentuk lurus atau berliku-liku yang menonjol di atas permukaan kulit,” jelas pria yang akrab disapa Qimi ini.

Pada dasarnya, papar Qimi, semua orang bisa terinfeksi penyakit ini jika secara langsung terpapar dengan larva tersebut. Namun, kelompok yang beresiko tinggi biasanya berkaitan dengan pekerjaan ataupun hobi yang membawanya terkontak dengan pasir, tanah ataupun lapisan humusnya. Di antaranya wisatawan yang sedang berjemur di pantai dengan tekanjang kaki, anak-anak yang suka bermain pasir, petani, tukang kebun, penambang ataupun bekerja lain yang berinteraksi dengan tanah.

Lebih lanjut dikatakan, baru-baru ini dilaporkan, di Amerika Serikat (AS) dan Selandia Baru, angka kejadian meningkat saat musim liburan sekolah. Bahkan pada tahun 2006 di Amerika Serikat pernah terjadi wabah yaitu 22 anak terkena cacing ini dari 380 anak yang berlibur ke pantai.

Bagaimana infeksi ini bisa terjadi? Dokter yang sudah tiga bulan menjaga di UGD RSPB ini menjelaskan, awalnya, larva yang berasal dari cacing tambang hidup di dalam tubuh anjing dan kucing. Kemudian sel telur yang terdapat pada kotoran anjing dan kucing tersebut, karena kondisi lembab telur akan berubah jadi larva.

”Larva inilah yang mampu menembus ke dalam kulit. Setelah menembus ke dalam kulit, larva tinggal di lapisan tersebut beberapa minggu atau bulan atau langsung berjalan-jalan dalam lapisan kulit epidermis. Setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit berupa guratan merah yang mirip dengan terowongan,” terangnya.

Masuknya larva ke dalam kulit, tambah Qimi, biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas pada tempat masuknya. Kemudian akan muncul tonjolan pada permukaan kulit, beberapa saat akan muncul bentuk yang khas yaitu tonjolan di atas permukaan kulit yang berkelok-kelok berwarna kemerahan.

Untuk selanjutnya, tonjolan kemerahan ini akan makin berkelok-kelok membentuk terowongan sesuai dengan pergerakan larva. Tiap larva membentuk lesi berkelok-kelok seperti ular memanjang dengan ukuran beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter dalam sehari.

”Rasanya sangat gatal terutama pada malam hari. Dalam sehari panjang terowongan ini kira-kira bisa mencapai 2 mm hingga 2 cm,” ungkapnya.

Dikatakan, adapun tempat yang terkena infeksi ini, umumnya terletak di kaki, sela-sela kaki, pantat, lulut, tangan ataupun pernah juga dilaporkan terjadi di dinding perut.

Lantas bagaimana penanganannya? Menurut Qimi, penyakit kulit yang disebabkan oleh larva cacing ini biasanya sembuh spontan. Karena pada dasarnya manusia bukan tempat hidupnya larva ini. Penyembuhan spontan ini tergantung pada jenis larva yang dikandung. Biasanya luka akan sembuh dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Tetapi dengan pengobatan yang ada bisa mempersingkat lamanya penyakit ini. Karena penyebabnya cacing maka pemberian obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum ataupun dibuat campuran dengan cream kostikosteroid untuk dioleskan tipis, misalnya menggunakan obat topikal albendazole 4 %.

”Untuk pemberian obat minum golongan obat anticacing albendazole dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal selama 3 hari. Obat pilihan lain juga banyak jenisnya tergantung peresepan dari dokter,” ujarnya.

Selain dengan obat anticacing, pengobatan cara lain dengan menyemprotan agen pembeku, seperti misalnya chlorethyl atau dryce sepanjang lesi dapat juga digunakan sebagai pengobatan penunjang. Tetapi cara ini agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti di mana larva berada dan keefektifannya dilaporkan 60 – 70 % dari seluruh kasus.

”Penting diingat, selama masa pengobatan, kita harus memperhatikan pergerakan dari lesi. Jika selama waktu pengamatan tertentu tidak tampak lagi pergerakan lesi, maka larva biasanya telah mati. Terkadang untuk membantu mengamati pergerakan itu, lokasi lesi diberi tanda tinta spidol sehingga lebih mempermudah pengamatan,” ungkapnya.

Bagaimana pencegahannya? Dikatakan Qimi, mengingat sekarang musim hujan, keadaan tanah pasti lebih lembab dibanding biasanya, orangtua yang memiliki anak kecil, diharapkan untuk mencegah anak bermain terlalu lama di tanah maupun pasir, apalagi bermain tanpa menggunakan alas kaki. Anjurkanlah mereka selalu menggunakan alas kaki. Membiasakan cuci tangan dan kaki setelah bermain di luar juga pencegahan yang baik. Untuk mereka yang pekerjaannya sering berhubungan dengan tanah atau pasir, seperti petani atau pekerja kebun, anjurkan juga untuk menggunakan alas kaki saat bekerja.

”Hal sederhana lainnya adalalah bagi yang memelihara anjing dan kucing untuk membuang kotoran hewan tersebut di tempat pembuangan khusus,” tegasnya.(*/dha)

Cacar Air Tetapi Hanya sebelah Kiri?

Februari 18, 2008 Tinggalkan komentar

Kaltim Post, 04 Februari 2008
Dr. Fajar Rudy Qimindra
Dr Umum RS Pertamina Balikpapan

Dok, saya menderita seperti cacar air tetapi hanya di tubuh sebelah kiri saja. Oleh dokter saya diberi obat yang diminum pe 5 kali sehari. Boleh dak saya hentikan obatnya karena menurut saya dah sembuh dan terlalu tinggi dosisnya? Makasih.

Jawab:
Terima kasih atas atensi Bapak/ Ibu,

Menyimak apa yang disampaikan oleh Ibu/Bapak yaitu keluhan seperti cacar air yang diderita di bagian dada, punggung, mata serta dahi satu sisi tubuh maka gejala ini perlu dicurigai sebagai penyakit herpes zooster.
Penyakit yang di kalangan awam populer dengan sebutan dampa, dompo atau cacar ular ini memang biasa menyerang orang berusia lanjut.

Penyebab penyakit ini adalah suatu infeksi virus yang disebut virus varicella – zooster. Infeksi pertama kali/ primer virus ini menyebabkan penyakit varicella/ cacar air (chicken pox) ataupun tidak menimbulkan gejala sama sekali. Sedangkan reaktivasinya menyebabkan penyakit herpes zooster.
Virus hidup dalam jaringan saraf belakang. Lokasi kelainan pada kulit sesuai dengan daerah persarafan jaringan tersebut. Gejala herpes zooster dimulai dengan sakit parah pada bagian dada, punggung, atau di mata dan dahi. Kerap terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Sehari atau dua hari kemudian, herpes muncul pada daerah kulit yang dihubungkan dengan radang saraf.
Gejala yang bersifat umum seperti sakit demam biasa yaitu panas, pusing dan tidak ada nafsu makan. Sering juga terasa nyeri di otot dan tulang. Kemudian timbul ruam di kulit yang berwarna kemerahan. Dan dalam waktu singkat berubah menjadi bentol-bentol yang berisi cairan jernih (vesikel).Vesikel ini biasanya berkelompok-berkelompok yang berbeda tingkat kematangan isi cairannya. Ada yang jernih, keruh, berisi nanah, bahkan ada yang berisi seperti darah.
Berbeda dengan herpes kelamin, herpes zooster sama sekali tidak ditularkan akibat kontak hubungan kelamin/Sexual Transmitted Diseases (STD).Penularannya melalui penghirupan dari udara pernafasan, ludah, atau dari kontak langsung dengan kulit yang sakit tersebut.
Yang patut diwaspadaii juga dari penyakit ini adalah nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgia pascaherpetika dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan., bahkan kadang-kadang sampai beberapa tahun Menurut data yang ada, semakin tua usia penderita herpes zooster, makin tinggi pula risiko terkena serangan nyeri. Jadi sekali terkena herpes zooster maka virus akan tinggal saraf permukaan kulit. Ketika daya tahan tubuh lemah maka virus ini akan menyerang dan timbul rasa nyeri.
Oleh karena itu penanganan penyakit ini harus dituntaskan. Tidak benar karena merasa sudah sembuh kemudian menghentikan obat sendiri yang diberikan oleh dokter. Karena penyebab herpes dan cacar air ini adalah virus maka harus dilawan dengan anti virus. Salah satunya adalah golongan asiklovir. Dosis obat ini mungkin dianggap tinggi dan lama oleh masyarakat. Padahal memang pemberian dosis anjuran obat ini adalah 5 kali 800 mg selama 7- 10 hari. Terkadang dokter perlu menuliskan jam-jam minum obat supaya pasien tidak lupa. Penggunaan antibiotika tidak dianjurkan karena memang penyebabnya bukan bakteri, kecuali memang ada tanda- tanda infeksi sekunder dari bakteri.
Asiklovir umumnya dapat diterima tubuh dengan baik. Tetapi terkadang menimbulkan efek samping seperti mual, diare, merasa haus, nafsu makan menurun dan sakit kepala.Efek samping ini bersifat individual dan tidak semua orang mengalaminya. Perlu kewaspadaan juga bagi perderita gangguan ginjal dan kondisi kekurangan cairan(dehidrasi) karena kondisi tersebut bisa kadar asiklovir dalam darah. Ujung-ujungnya meningkatkan munculnya efek samping.
Pada penderita yang sudah jelas alergi terhadap asiklovir harus berkonsultasi dengan dokter untuk menyesuaikan pengobatan yang ada. Bagi ibu hamil dan ibu yang sedang menyusui harus juga berkonsultasi dengan dokter karena asiklovir ini dapat masuk ke dalam air susu.
Tentunya pengobatan herpes ini tidak bertumpu pada antivirus saja, tetapi juga harus memperhatikan keluhan yang bersifat umum seperti nyeri, demam, gatal dan perawatan kulit.
Semoga bermanfaat keterangan ini bagi kesehatan kita semua.

Manfaat Ikan Laut Bagi Kesehatan

Februari 17, 2008 4 komentar

Dr Fajar Rudy Qimindra
dr Umum RS Pertamina Balikpapan

Pagi Dok. Apa benar ikan laut bermanfaat bagi kesehatan jantung?kalau benar bagaimana cara mengkonsumsinya? terima kasih


Jawab :

Bapak/ Ibu Penanya yang berbahagia,
Perkembangan Informasi memang membuat banyak perubahan dalam perilaku kesehatan masyarakat. Dulu ada anggapan. “Kalau kebanyakan makan ikan , bisa cacingan,” sehingga banyak anak kecil enggan makan ikan..Sekarang, banyak makan ikan malah dianjurkan, karena dipercaya dapat mencegah gangguan jantung.
Tampaknya dari berbagai studi kesehaatn yang menghubungkan manfaat ikan dengan jantung menunujukan bahwa jenis hewan ini benar- benar bersahabat dengan organ jantung. Sampai saat ini, memang sudah lebih dari 5.000 publikasi penelitian di dunia melaporkan manfaat menu ikan terhadap kesehatan jantung saja.
Salah satu studi tertua adalah yang dilakukan dua peneliti Denmark pada tahun 1970. Mereka menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat Penyakit jantung Koroner (PJK) walaupun mereka banyak mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.Rahasia dibalik fakta tersebut ternyata orang Eskimo mempunyai kebiasaan menyantap daging ikan.
APA sebenarnya yang dikandung ikan sampai dia begitu berkhasiat?
Ternyata daging ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3 yang berperan dalam melindungi jantung. Daging ikan ini mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah.menurunkan tekanan darah,mencegah terjadinya penggumpalan darah, dan sangat diperlukan untuk pembentukan otak.
Deretan manfaat ikan ini bagi jantung masih bertambah lagi seiring penelitian para ilmuwan. Salah satu yang terbaru adalah mencegah timbulnya fibrilasi atial ( FA), suatu jenis gangguan irama jantung yang sering terjadi pada orang tua. Bukti ini dimuat dalam jurnal Circulation- sebuah jurnal kesehatan terkemuka- pada tahun 2004.
Cara Memilih ikan.
Semua kandungan positif itu tidak akan kita rasakan bila memilih ikan yang salah. Bukan salah jenis, melainkan salah memilih ikan yang tidak segar atau salah dalam proses pengolahan
Para peneliti tidak menjelaskan jenis ikan yang memberikan khasiat terbaik. Namun, ikan salmon dipercaya mempunyai kandungan omega 3 yang cukup tinggi.
.Berbagai cara pengolahan sebenarnya baik untuk ikan. Namun, pemasakan dengan cara digoreng atau dibakar dengan olesan mentega akan meningkatkan kadar lemak sehingga tidak disarankan untuk terlalu sering dikonsumsi. Minyak goreng yang panas akan menurunlan kadar omega -3 sehingga efek protektif bagi jantung juga berkurang. Oleh karena itu jika dapat memilih ikan bakar, kukus atau pepes, mengapa tidak?